Jakarta: Kue keranjang identik dengan perayaan Imlek. Hidangan ini memiliki makna mendalam di perayaan terpenting orang Tionghoa ini.
Kue keranjang memiliki rasa manis serta teksturnya yang kenyal. Makanan ini mirip sekali seperti kue dodol di Indonesia.
Kue keranjang, disebut demikian karena cetakan dari kue ini berupa wadah keranjang bambu. Sedangkan dalam bahasa China, nian gao diartikan harafiah sebagai ‘tahun tinggi’.
Bahan dasar kue keranjang adalah tepung ketan yang dicampur dengan gula.
Baca: 6 Makanan Khas Imlek, dari Kue Keranjang hingga Jeruk Santang |
Filosofi kue keranjang
Ada makna serta filosofi mendalam di balik kue keranjang. Bentuknya yang bulat berarti tidak memiliki ujung. Dalam kekeluargaan, ini bermakna keterikatan tanpa batas.
Kemudian, tekstur kue keranjang yang lembut dan kenyal menggambarkan keuletan, kegigihan, serta daya juang yang tinggi. Kue keranjang juga punya sifat yang tahan lama, yang arinya penting dalam menjalin relasi yang awet dan berkualitas.
Rasa manis dari kue keranjang juga bermakna suka cita. Rasa yang bisa membahagiakan orang lain serta membagikan nilai-nilai positif bagi sesama.
Terakhir, proses pembuatan kue keranjang relatif lama. Di balik rasa yang nikmat, ternyata membutuhkan proses pembuatan yang tak cepat, yakni kurang lebih selama delapan jam.
(SYN)